01/21/13 | Dwi Panca Agustini

Senin, 21 Januari 2013

Budaya Indonesia

Diposting oleh Dwi Panca Agustini di 19.43 0 komentar


                                             Budaya di Indonesia

        Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan dan lain-lain. Berikut ini salah satu contoh kebudayaan masyarakat yang beraneka ragam yang ada di indonesia.

A.                Masyarakat Papua

Didaerah papua ada sebuah tradisi yang hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh para Yakuza (kelompok orangasasi garis keras yang terkenal di Jepang), yaitu seseorang harus memotong salah satu jari mereka sebagai ungkapan penyesalannya. Pemotongan jari dilakukan apabila anggota keluarga terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, kakak, atau adik meninggal dunia. Seperti kisah seorang ibu asal Moni (sebuah suku di daerah Paniai), dia bercerita bahwa jari kelingkingnya digigit oleh ibunya ketika ia baru dilahirkan. Hal itu terpaksa dilakukan oleh sang ibu karena beberapa orang anak yang dilahirkan sebelumnya selalu meninggal dunia. Dengan memutuskan jari kelingking kanan anak baru saja ia lahirkan, sang ibu berharap agar kejadian yang menimpa anak-anak sebelumnya tidak terjadi pada sang bayi. Hal ini terdengar sangat eksrim, namun kenyataannya memang demikian, wanita asal Moni ini telah memberikan banyak cucu dan cicit kepada sang ibu.
Pemotongan jari dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang memotong jari dengan menggunakan alat tajam seperti pisau, parang, atau kapak. Cara lainnya adalah dengan mengikat jari dengan seutas tali beberapa waktu lamanya sehingga jaringan yang terikat menjadi mati kemudian dipotong.
Didaerah papua juga terdapat sebuah tradisi unik dalam  menjaga ikatan persaudaraan dengan seluruh anggota keluarga maupun kerabat dekat mereka. sebagaimana ritual adat pada umumnya, Mansorandak pun menyelipkan dimensi mistik di dalamnya. Sebelum masuk rumah, anggota keluarga yang baru pulang harus melalui serangkaian prosesi, diantaranya mandi kembang berbagai rupa. Melalui prosesi mandi kembang yang ditaruh dalam wadah piring adat, diharapkan sang saudara yang baru pulang, akan terbebas dari roh-roh jahat yang mungkin saja ditanam atau dikirim oleh oleh orang-orang yang tidak senang terhadapnya di tempat perantauan. Ritual Mansorandak secara umum terbagi dalam 3 bagian, pertama prosesi penyambutan yang dilakukan di luar rumah. Pada bagian ini, anggota keluarga yang baru tiba, disambut oleh beberapa orang tua, bisa laki-laki maupun perempuan, untuk kemudian diantar ke pintu masuk, dimana telah menunggu seluruh keluarga besar. Selanjutnya anggota keluarga yang baru tiba dimandikan dengan air kembang yang ditaruh dalam piring adat berukuran besar. Dari situ, dimulai bagian kedua yakni prosesi mengitari piring adat dan injak ‘buaya’. Di sini, orang yang baru datang  digiring masuk ke sebuah ruangan khusus. Dalam ruangan itu  sudah ditempatkan 9 buah piring adat mulai dari ukuran kecil hingga ukuran terbesar.
Pada bagian kepala dari deretan piring itu, terbaring seekor buaya. Namun jangan kaget dulu, buaya yang ada di situ adalah buaya buatan dari tanah. Prosesi dimulai dengan menyiramkan air ke kaki anggota keluarga yang baru datang, sebagai tanda yang bersangkutan telah bebas dari pengaruh-pengaruh gaib. Setelah itu, dia bersama seluruh anggota keluarga lainnya melakukan prosesi mengitari piring adat sebanyak 9 kali. Angka 9 baik pada jumlah piring adat maupun jumlah putaran yang harus dilalui melambangkan jumlah marga (keret) dalam masyarakat suku Doreri. Ritual mengitari piring adat ini, diakhiri dengan acara injak ‘buaya’ oleh sang anggota keluarga yang baru datang. Hewan Buaya sebagai binatang buas yang bertubuh besar dan kuat melambangkan tantangan, penderitaan dan cobaan hidup yang akan menyertai jalan hidup kerabat mereka yang baru datang itu. Bagian ketiga yang merupakan bagian terakhir adalah prosesi makan bersama. Prosesi makan bersama ini pun memiliki ciri khas sendiri karena  makanan yang menjadi hidangan utama, seluruhnya  digantung menggunakan tali di bagian atas rumah.

B.                 Masyarakat Jawa 

Kepercayaan  Masyarakat Jawa asli yang bersifat transendental lebih cenderung kepada paham animisme dan dinamisme. Sedemikian kuatnya religi animisme dan dinamisme itu mengakar pada karakter asli masyarakat jawa, hingga ragam budaya dan kepercayaan apapun yang bersentuhan dengan religi jawa, tetap saja tidak banyak berpengaruh secara signifikan bagi perubahan esensial religi animisme dan dinamisme yang menjadi simbol kejawen tersebut.
Kepercayaan masyarakat jawa yang animisme dan dinamisme berawal ketika mereka menganggap tuhan adalah barang gaib yang berjarak jauh dan paling asing bagi mereka. Keadaan inilah yang membuat mereka masuk ke dalam sikap keagamaan yang disebut dengan deisme. Dengan menjauhkan Tuhan dari ruang lingkup insani, maka manusia terbawa oleh kecenderungan hatinya yang selalu dekat dengan hal ghaib selain Tuhannya. Misalnya dengan mempersonifikasikan Tuhan dalam bentuk alam semesta ini, yaitu matahari, bulan dan bumi, inilah yang disebut dengan proses mitologisasi alam. Sikap ini juga bisa dikatakan sebagai upaya konkritisasi hal-hal yang abstrak.
Model lain adalah dengan mengkhayalkannya sebagai penghuni pohon atau arwah para leluhur yang sering disebut dengan animisme dan manisme. Akhirnya daya ghaib dianggap bersemayam dalam benda alam seperti gunung, batu, air dan api inilah yang disebut dengan dinamisme.

C.                 Masyarakat Dayak Punan kuno

Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Dayak Punan juga tersebar di Sabah dan Serawak, Malaysia Timur yang menjadi bagian dari Pulau Kalimantan. Keadaan hidup primitif ini membawa mereka selalu berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan terus menghindar dari kelompok manusia lain. Masyarakat punan sangat percaya bahwa roh yang meninggal akan bergentayangan membuat mereka tak akan merasa tenteram.  Orang Punan sangat ditakuti oleh suku lainnya karena merupakan suku yang berani dan berilmu tinggi. Mereka memiliki kelebihan insting dalam berburu dengan kecepatan luar biasa. Selain itu masyarakat suku punan termasuk dalam kategori suku kanibal karena mempunyai kebiasaan memenggal, memakan hati dan isi perut lawannya adalah hal yang lumrah mereka lakukan. Mereka juga punya kebiasaan memakan bagian punggung kanan musuhnya yang tewas dalam perang karena bagian tubuh itulah yang diyakini paling enak dimakan.

Kesimpulan
          Dari bahasan-bahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan dan kepercayaan. Budaya indonesia haruslah dijaga agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Selain itu kita harus saling toleransi tentang kepercayaan yang dianut oleh setiap masyarakat, dan menganggap kebudayaan dan kepercayaan yang  berbeda-beda menjadi sebuat ciri has negara kita.
              

 

Dwi Panca Agustini

Copyright© All Rights Reserved by Dwi Panca agustini